Select Menu

Slider

OASE

Performance

Cute

My Place

Slider

Racing

Videos


Jogjakarta,21-03-2015,Family Gathering Karang Taruna RW.06. Keceriaan pemuda pemuda Desa Bligo RW.06 di saat mengikuti acara Family Gathering To Jogja, yang bertempat di Candi Borobudur - Magelang, Pantai Parang Tritis, Serta Malioboro. Hampir empat tahun kinerja sudah kepengurusan karang taruna RW.06 yang dipimpin oleh Sdr. Suwandi dan kini rasa lelah dalam  tugas tugas yang selama ini dilaksanakan di lingkungan telah terbayar sudah,
" kami berterima kasih kepada seluruh anggota karang taruna Ds. Bligo RW.06 atas kinerjanya selama kepengurusan kami dalam mensupport semua kegiatan yang telah kami laksanakan". ujar Rizky ( Sekert ) .kk.post

KARANG TARUNA DS.BLIGO RW.06 feat BADAN NARKOTIKA NASIONAL ( BNN ) KAB. SIDOARJO, 08-03-2015, Bentuk Kepedulian Pengurus Lingkungan Desa Bligo RW.06 Beserta Pemuda Karang Taruna Desa Bligo RW.06 dalam mewujudkan keamanan lingkungan dan mencegah dalam penggunaan narkotika khususnya bagi Remaja, Banyak sekali yang Disampaikan oleh salah satu dari penyuluh dari Badan Narkotika Nasional ( BNN) Kab. Sidoarjo, diantarnya, tentang jenis-jenis Narkotika, Bahaya Narkoba, Cara penanggulangan pemakai narkoba, dll yang berkenaan dengan narkoba. kk.post


 
 
 
 Pekan ini, Presiden Joko Widodo berjanji akan bersikap terkait polemik Polri-KPK. Sikap Presiden penting untuk memastikan lembaga penegak hukum dapat bekerja secara maksimal. Apakah Jokowi bisa keluar dari lubang jarum ini?

Polemik KPK-Polri telah berlangsung hampir tiga pekan lamanya. Publik disibukkan urusan dua institusi penegak hukum ini. Eskalasi antarpendukung tidak bisa dihindari. Ini bukti, polemik Polri-KPK makin tak produktif. Ini karena Presiden tidak segera bertindak.

Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menagih janji Presiden Jokowi yang bakal bersikap dalam menyelesaikan persoalan Polri-KPK. Ia berharap Presiden menepati janjinya untuk menyelesaikan persoalan tersebut pekan ini, sesuai jadwal praperadilan Budi Gunawan di PN Jakarta Selatan.

"Kita lihat hari ini kan ada lanjutan sidang praperadilan. Mudah-mudahan bisa selesai dengan tepat. Apakah hari ini atau besok atau lusa? Sehingga ada keputusan," ujar politisi Partai Gerindra ini, Selasa, 10 Februari 2015.

Dia berpendapat penyelesaian polemik Polri-KPK berlarut-larut yang berdampak merugikan banyak pihak. Semestinya, imbuh Fadli Zon, Presiden dari awal dapat segera mengambil keputusan dengan risiko yang harus diambil. "Hampir satu bulan dan saya kira berlalut-larut merugikan banyak pihak, banyak orang sehingga merugikan institusi KPK maupun Polri," cetus Fadli.

Sementara terpisah Wakil Ketua Komisi Hukum DPR RI Benny K Harman mengatakan lambatnya presiden dalam merespons persoalan Polri dan KPK akan berimplikasi serius terhadap kedua institusi khususnya Polri.

"Sikap Jokowi yang berlama-lama tangani masalah ini akan menciptakan disorder. Polisi seperti anak kehilangan induknya," kata Benny di sela-sela rapat internal Komisi Hukum DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Selasa, 10 Februari 2015.

Menurut Benny, sikap berlama-lama Presiden membiarkan posisi puncak di institusi Polri memberi dampak yang serius terhadap penegakan hukum.

"Presiden harus jelaskan ke publik, apa alasan situasi seperti saat ini terus dibiarkan," ketus politisi Partai Demokrat ini.

Benny menyebutkan secara de jure, Budi Gunawan merupakan Kapolri yang telah disetujui DPR. Menurut dia, langkah melantik atau tidak melantik Budi Gunawan oleh Presiden merupakan tindakan administratif saja.

Sikap Jokowi terkait Polri dan KPK ini cukup penting untuk menyudahi polemik yang terjadi di dua institusi penegak hukum ini. Sejumlah opsi telah tersedia untuk dipilih. Kini kembali ke Presiden Jokowi, opsi mana yang akan dipilih? [mdr/fs]



Rabu, 16 Januari 2013

Oleh: Abdullah Haidir

Kita tentu pernah melihat sebuah lukisan yang indah, katakanlah tentang lukisan sebuah pemandangan. Sering kita terkesima dan terpana dengan lukisan seperti itu, komentar-komentar takjub dan apresiasi positif reflek terlontar dari mulut-mulut kita.

Tapi yang patut kita sadari adalah bahwa sesungguhnya yang membuat menarik bukan sekedar pemandangannya, tetapi kemampuan orang yang melukiskannya. Dengan objek pemandangan yang sama, jika dilukis oleh orang yang bukan ahlinya, tentu akan berbeda pula sikap dan apresiasi kita terhadap lukisan tersebut.

Kehidupan kita ini, pada dasarnya merupakan ‘pemandangan’ yang akan terekam bak sebuah lukisan. Bolehlah hal tersebut kita katakan sebagai ‘Lukisan Kehidupan’. Dan kitalah yang telah Allah tetapkan untuk menjadi pelukis bagi kehidupan kita sendiri. Maka, langkah kaki, lenggang tangan, lidah yang terucap, sejurus pandangan mata, pendengaran telinga dan gerak semua organ tubuh kita, tak ubahnya bagaikan kuas yang sedang menari-nari di atas kanvas kehidupan. Itulah arti dari hari-hari yang kita lalui dalam kehidupan ini.

Oleh karena itu, kini masalahnya bukan lagi apakah kita seorang maestro pelukis terkenal macam Picasso dan Afandi atau bukan, tetapi adalah bahwa -suka atau tidak suka- hasil ‘lukisan’ kita pada akhirnya akan dilihat dan dinilai orang. Kesadaran tersebut jelas akan mendorong naluri kita untuk berkata bahwa ‘lukisan kehidupan’ saya harus terlihat indah dipandang. Dan, selama kesempatan 'melukis' itu masih diberikan, kita masih diberi kebebasan berekspresi untuk memperindah lukisan kehidupan kita; meluruskan guratan-guratan yang kurang harmonis, memperjelas sapuan warna yang buram, mengarahkan segmen gambar yang tak terarah, dst.

Hingga akhirnya, ketika mata ini terpejam dan nafas terakhir telah dihembuskan, itulah saatnya lukisan kita telah usai, lalu dibingkai, dan kemudian siap dipajang di ‘ruang depan rumah kita’. Ketika itu pula kita tinggal menunggu bagaimana komentar orang-orang yang melihat lukisan kita yang secara refleks –tanpa basa basi dan formalitas- akan terlontar dari mulut-mulut mereka. Bagaimana reaksi dan apresiasi yang akan mereka berikan, tentu sangat tergantung dengan kualitas lukisan yang terpampang.. Di situlah salah satu parameter kehidupan kita sedang ditentukan.

Suatu saat para shahabat melihat jenazah yang sedang digotong, lalu mereka memuji kebaikannya, maka Rasulullah saw bersabda, ‘pasti.’ Kemudian lewat lagi jenazah yang lain, lalu mereka menyebut-nyebut keburukannya, Beliau bersabda, ‘Pasti.’ Umar bin Khattab bertanya, ‘Apanya yang pasti wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda, “Yang kalian sebutkan kebaikannya, pasti masuk surga, sedangkan yang kalian sebutkan keburukannya pasti masuk neraka. Kalian adalah saksi-saksi Allah di muka bumi ini.” (Muttafaq alaih)

Seorang penyair berkata,


إنما المرء حديث من بعده 

  
فكن حديثا حسنا لمن وعى


innamal mar’u hadiitsu man ba’dahu
fa kun hadiitsan hasanan liman wa’aa

[Seseorang akan menjadi pembicaraan orang-orang sesudahnya,
Maka jadilah bahan pembicaraan yang baik bagi orang yang mendengarnya.]

RSBI

HL | 05 November 2009 | 07:38Dibaca: 14904   Komentar: 65   1 inspiratif

Saya sering tertawa geli kalau ada seorang pejabat dari depdiknas (sekarang kemendiknas) menjelaskan keunggulan dari sekolah RSBI. Anda pasti tahu apa itu RSBI. Itu loh Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. Teman-teman ada yang memplesetkan Rintisan sekolah bertarif internasional karena biayanya yang mahal, atau Rintisan sekolah berbahasa Indonesia, karena gurunya hanya bisa dua bahasa, bahasa Indonesia dan bahasa daerah, hehehehe, jadilah sekolah itu membuka kelas bilingual, kelas yang berbahasa daerah dan berbahasa Indonesia, hahaha. (maaf bukan ngenyek loh!)
Kalau mau jujur ide adanya sekolah RSBI itu bagus banget, tetapi kita sering melupakan potensi daerah atau lokal yang sebenarnya jauh lebih unggul dari kata internasional itu sendiri. Seolah-olah hal-hal yang berbau tradisional itu kuno dan ketinggalan jaman. Padahal, orang bule (baca asing) sangat senang sekali menikmati ketradisionalan bangsa kita yang beraneka ragam. Sampai-sampai banyak orang asing yang dikirim ke Indonesia untuk mempelajari keragaman budaya di negeri kita ini.
Kembali kepada RSBI, kita terkadang lupa membuka kelas-kelas internasional dan meninggalkan budaya lokal. Seolah-olah kalau kita sudah bisa bahasa asing (baca Inggris) kita sudah hebat dan dekat dengan masyarakat Internasional. Padahal, kalau mau jujur bahasa itu adalah sebagai alat komunikasi, jadi adalah salah bila RSBI hanya mengedepankan Bahasa, sementara hal lainnya yang lebih penting terabaikan. Saya terus terang tidak begitu sepaham dengan adanya RSBI ini. Sebab RSBI terkadang membuat kita menyembah-nyembah budaya asing dan seolah-olah sekolah kita tidak lebih hebat daripada sekolah mereka. Kita selalu memandang ke barat, dan tak pernah memandang ke timur. Seolah-olah sekolah amerika lebih hebat dari sekolah di timur tengah. Benarkah demikian?
Sejak adanya RSBI di sekolah kami, justru tidak ada yang namanya pertukaran pelajar. Dulu sebelum RSBI, kami saling bertukar pelajar, dimana pelajar dari luar negeri beberapa bulan sekolah di tempat kami dan pelajar kita sekolah beberapa bulan di tempat mereka. Adanya RSBI rupanya belum memenuhi harapan semua pihak. Bahkan ada sebagian masyarakat yang mengeluh karena mahalnya sekolah yang sudah membuka kelas internasional. Sudah begitu, mereka harus juga ikut UN, yang ternyata nilai siswa RSBI nilai UN-nya lebih rendah daripada siswa kelas reguler. Jadi untuk apa masuk ke kelas internasional, kalau juga masih ikut UN? Mungkin saya perlu bertanya pada rumput yang bergoyang.
Dalam Bab XIV pasal 50 ayat 3 Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pemerintah daerah harus mengembangkan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan menjadi bertaraf internasional.
Sebagai ibu kota negara, Jakarta sudah tentu harus lebih siap dalam menjalankan tuntutan undang-undang ini dengan mengembangkan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di semua jenjang pendidikan. Namun sangat tidak menutup kemungkinan, pada masa mendatang banyak lagi sekolah yang memiliki potensi berkembang dari SSN (Sekolah standar Nasional) menjadi RSBI. Tentunya perkembangan ini harus berjalan alami, bukannya dipaksakan. Sebab berkembang menjadi RSBI bukanlah hal yang mudah bagi sekolah. Apalagi bila sekolah itu ternyata tidak siap untuk membuka RSBI. Jangan sampai mutu sekolah RSBI lebih rendah dari sekolah SSN.
Saya tak ingin membahas apa itu RSBI di tulisan ini,  karena sudah banyak orang yang menulis tentang RSBI, tetapi saya ingin mengajak anda semua berpikir apakah sudah tepat langkah yang dilakukan pemerintah untuk membuka program RSBI?. Di sinilah saya ingin mendapatkan masukan dari anda, plus minus sekolah RSBI dalam pandangan masyarakat. Dari sini kami bisa melakukan refleksi diri, apakah sekolah kami telah benar-benar sesuai menjalankan program RSBI.
Kekurangan RSBI menurut saya, dari segi buku pegangan siswa harusnya berbeda dari sekolah reguler, SDM (guru) kita belum siap, dan masih banyak guru yang belum bisa membuat kurikulumnya sendiri. jangankan membuat kurikulum dalam bahasa Inggris, membuat RPP saja masih banyak guru yang belum benar dalam membuatnya. Pemerintah nampaknya belum siap benar dengan progran RSBI. Kasihan para guru hanya menjadi obyek dari obsesi para penentu kebijakan.
Para Siswa tersenyum menyambut para pejabat Depdiknas
Kelebihan RSBI adalah memotivasi para siswa untuk mampu bersaing dalam dunia global. Anak-anak kita tak kalah dengan anak-anak dari negara lain. Siswa-siswa sekolah kita lebih berani mencoba hal-hal baru, dan menantang para guru untuk mengembangkan metode dan model pembelajaran di dunia internasional.
Indonesia adalah bangsa yang besar, kita harus bangga dengan predikat ini. kalau malaysia saja dulu belajar dari kita, kenapa kita sekarang yang belajar kepada mereka? Tentu ada sesuatu yang harus dibenahi dalam dunia pendidikan kita. jangan biarkan anak-anak kita lebih percaya belajar di luar negeri daripada belajar di negerinya sendiri. Tentu ini menjadi tantangan kita sebagi para pendidik.
Salam Blogger Persahabatan



Pimpinan partai politik membawa nomor urut partai peserta pemilu tahun 2014 saat Rapat Pleno Pengundian Nomor Urut Partai Peserta Pemilu Anggota DPR dan DPRD 2014 di Kantor Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, Senin (14/1/2013). Komisi Pemilihan Umum (KPU) memutuskan 10 partai politik dan tiga partai politik lokal Aceh lolos menjadi peserta Pemilu 2014. KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO

JAKARTA, Kidul Kali Post
 — Sepuluh partai politik yang lolos verifikasi faktual telah mendapatkan nomor urut peserta Pemilu 2014. Pengundian nomor itu dilakukan di kantor Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, Senin (14/1/2013) siang.
Mereka yang mewakili mengambil nomor urut ialah Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie, Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo, Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar.
Ada pula Presiden DPP Partai Keadilan Sejahtera Luthfi Hasan Ishaaq, Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional Hatta Rajasa, Wakil Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan Suharso Monoarfa, Ketua Umum DPP Partai Hanura Wiranto, Ketua Umum DPP Partai Nasdem Rio Capela, dan Ketua Umum DPP Partai Gerindra Suhardi.
Berikut adalah hasil pengundian nomor urut parpol.
Nomor urut 1: Partai Nasional Demokrat (Partai Nasdem)
Nomor urut 2: Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
Nomor urut 3: Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Nomor urut 4: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P)
Nomor urut 5: Partai Golongan Karya (Partai Golkar)
Nomor urut 6: Partai Gerakan Indonesia Raya (Partai Gerindra)
Nomor urut 7: Partai Demokrat
Nomor urut 8: Partai Amanat Nasional (PAN)
Nomor urut 9: Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
Nomor urut 10: Partai Hati Nurani Rakyat (Partai Hanura)
Sebelum mengambil nomor urut peserta pemilu, perwakilan parpol terlebih dulu mengambil nomor antrean. Proses itu disaksikan komisioner KPU yang dipimpin Husni Kamil Manik, Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu Jimly Asshidiqie, dan pihak Kementerian Dalam Negeri. Parpol peserta pemilu juga membawa jajaran pengurus partai.


Sumber: http://nasional.kompas.com/read/2013/01/14/14392779/Inilah.Nomor.Urut.Parpol.Peserta.Pemilu.2014

- -